KALA JIVAM ASTI

KALA JIVAM ASTI

PERTAUBATAN SEJATI

Ketika sepotong jiwa berdiri dikehadiran sang waktu, dan berkata pada seorang guru, "Bantu aku melepaskan diri dari diriku, dari jerat nafsu kotor tangan, mulut dan kakiku".

Tolonglah, jiwamu yang suci adalah sebuah perantara kepada Tuhan untuk mengampunkan dosa-dosaku. Tolonglah dengan semua itu dan engkau mintakan maaf dan ampunan pada-Nya.

Wahai jiwa cermin Tuhan, jiwamu masih jernih. Kini aku datang padamu, memohon padamu, karena aku telah mengkhianati diriku, aku telah melanggar batas dan ketentuan yang kita tetapkan. Karena aku haus dunia dan kita tergoda. Lalu aku batalkan puasa dan kuhirup dunia sekenyang-kenyangnya. Tolong sampaikan maafku pada-Nya, dan ajaklah aku menuju ke hadiratNya.

Kini hanya engkau yang bisa meredamnya, bakarlah nafsu di dadaku dengan cahaya apimu, dinginkan segala hasratku dengan sejuk air matamu.

Wahai sang bijak bestari, segeralah, mumpung matahari masih bersinar, agar ia turut jadi saksi pertaubatan di ujung sore ini. Wahai guru, "Engkaulah yang masih suci".

Sang guru termenung diam menatapnya, lalu berkata, "Wahai teman pengembaraanku di alam dunia, aku merasakan kesungguhanmu dan mengetahui kondisi batinmu, karena akupun pernah mengalami seperti apa yang engkau alami, namun aku tidak berkoar-koar, meskipun batinku menjerit dan memaki diriku sendiri. Jalani pertobatan seperti Yunus yang menderita dalam cinta. Dan hanya karena cinta, ia pasrah pada hukuman perasaan yang mencabik-cabiknya. Ia sama sekali tak bergeming. Ia tak merintih mohon ampun. Tapi kediamannya adalah permohonan yang tulus kepada Sang Kekasih."

Karena hakikat pertaubatan, terletak bukan pada banyaknya kata yang kau ucapkan sebagai suatu perjanjian dengan Tuhan, tapi ia lebih suka bukti nyata yang kau tampakkan lewat beralihnya perbuatanmu kepada yang diridaiNya. Anggaplah ini sebagai penebus dosamu yang telah lalu dan untuk masa-masa yang akan datang. Dan lakukanlah ini semua dengan cinta.

Wahai engkau, bahwa nafsu memang tak punya tali kekang pada ujungnya. Ia bebas lari ke mana saja, menuju tempat-tempat kosong, atau yang sudah terisi. Ia isi celah-celah sempit yang tiada kita rasa, tiada kita duga, karena nafsu memanglah sedemikian.

Tapi bagai ular, bukannya ia tak bisa dipegang, pun janganlah engkau takut lalu engkau tinggalkan. Tapi buanglah bisanya, dan jangan kau bunuh ia. Karena kalau kau bunuh, hidupmu akan menjadi hambar dan gersang.

Tapi bila dapat kau pegang bisa ini, tercapailah kunci bahagia sejati, dan kau tak akan lagi disibukkan oleh penyesalan dan pertaubatan, tapi hanya cintalah yang akan menyibukkanmu. Sedangkan nafsumu, cobalah kau puasai, capailah cahaya dunia, cahaya akhirat.

Wahai jiwa, nafsu-nafsumu pasti akan senantiasa mengajakmu untuk mengawini dunia, tapi katakan padanya, sebagaimana Sayyidina Ali juga pernah mengatakan, "Wahai dunia, tipulah orang yang selain aku, di depanku kamu berhias, di hadapanku kamu bercumbu, menjauhlah dari diriku dan jangan kau rayu aku lagi, aku sudah mentalakmu tiga kali, tak mungkin lagi rujuk, usiamu singkat, hidupmu rendah, bahayamu besar, aduh betapa sepinya jalan dan alangkah jauhnya perjalanan. "

Wahai jiwa, cinta dan nafsu pada sesuatu yang rendah memang telah merobekbuangkan kesejatian, merobekbuangkan kehatihatian. Dan pahamilah bahwa perjalanan itu adalah cinta itu sendiri.

Aku berkata begitu janganlah kau menganggap bahwa aku sudah bisa melakukan semuanya. Kata-kata itu, lebih kutujukan pada diriku sendiri, karena akupun tak bisa lepas dari segala percik desahan nafsu, karena ia bisa mewujud dalam sejuta rupa. Inilah kalau kau bisa dan mau menerima. Dan jangan kau sesali usiamu, karena perjalanan waktu selalu pandai menyembunyikan kapan ajal kita datang. Bisa besok berbarengan, atau entah kapan, bisa pula aku mendahuluimu, dan engkau jauh di belakangku. Karena kemudaan tak bisa menjanjikan baiknya hidup, pun masih panjangnya umur. Demikian pula dengan ketuaan, tak berarti panjangnya umur tinggal sejengkal, atau bukan pula kasih Tuhan akan berkurang. Tapi hayatilah semuanya.

Wahai jiwa teman pengembaraanku, hari sudah mulai gelap, mari kita berjalan menuju cahaya, sumber segala cahaya.(..........)

0 Responses to “PERTAUBATAN SEJATI”:

Leave a comment